Minggu, 30 Mei 2010

Berantas Terorisme Di Indonesia

oleh : Ikhwan Hadi / 153080149
Tajuk Rencana


Ibarat mati satu tumbuh seribu. Itulah ungkapan yang pas untuk keberadaan terorisme di Indonesia.
Satu persatu buronan teroris di indonesia dapat dibekuk oleh kepolisian kita. Mulai dari amrozi cs, kemudian otak perakit bom Dr azhari, dan yang paling diburu di Indonesia, Noordin M top.
Setelah terbunuhnya Noordin M Top, tim Densus 88 Anti Teror Mabes polri juga berhasil membekuk sejumlah kawanan buronan tororis yang masih berkeliaran di Indonesia.
Satu lagi teroris yang dapat dibekuk adalah Dulmatin yang kala itu dapat dilumpuhkan oleh tim Densus 88. Lelaki yang diduga berjasa sebagai penyalur dana dari jaringan teroris luar negeri itu akhirnya dapat diringkus oleh Densus 88 dengan ditembak mati saat ia akan mencoba meloloskan diri.
Selain itu, baru-baru ini Densus 88 juga menemukan jaringan baru di Aceh. Lokasi ini disinyalir akan dijadikan sebagai sarang terorisme kawasan Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, tim Mabes Polri juga berhasil mengeruk sejumlah informasi yang diperoleh dari sebagian teroris yang berhasil tertangkap.
Mereka mensinyalir adanya target operasi yang berubah yang semula mengincar warga asing yang berada di Indonesia kini berubah menjadi rencana penyerangan terhadap pemerintah Indonesia.
Penyerangan itu rencananya akan menargetkan pengeboman istana negara pada saat upacara memperingati hari jadi Republik Indonesia pada tanggal 17 agustus mendatang. Sasaran yang mereka incar tak lain dan tak bukan adalah presiden SBY dan para tamu undangan yang akan hadir pada upacara kemerdekaan itu.
Kejelihan dan kerja keras Mabes Polri dalam menumpas terorisme di Indonesia ini patut kita acungi jempol.
Tapi yang disayangkan densus jarang menangkap hidup-hidup para gembong teroris yang ada di Indonesia ini agar dapat lebih banyak mengorek informasi yang lebih dalam. Tapi justru densus lebih memilih menembak mati di tempat para teroris pada saat penyergapan.
Meski demikian di balik semua itu, kita harus tetap memberikan apresiasi terhadap Tim Densus 88 kita dalam sepak terjangnya memberantas terorisme di negeri ini.
Kita berharap kinerja tim Densus 88 Mabes Polri dapat terus bekerja lebih baik guna memberantas terorisme di Indonesia ini.

Gurita Ujian Nasional

oleh : Ikhwan Hadi / 153080149
Berita Kolom


Ujian nasional yang akrab kita sebut dengan UN ini seakan menjadi momok bagi sebagian para siswa yang mengikutinya. Mulai dari SMA bahkan sampai tingkat SD sekalipun ikut merasakan dampak psikis yang ditimbulkan dari UN.
Ujian nasional seolah menjadi batu sandungan. Tidak sedikit mereka yang tidak lulus akibat UN.
Di jogja sendiri angka ketidak lulusan akibat UN tiap tahun semakin meningkat. Puncaknya terjadi pada tahun ajaran kali ini. Menurut informasi, hampir lebih dari separuh peserta UN di jogja ini tidak lulus ujian. Bahkan kabarnya jogja yang terkenal dengan kota pelajar ini merupakan kota terbanyak se jawa yang tidak lulus UN.
Sebagian para siswa pun menghalalkan segala cara untuk bisa lulus pada ujian nasional. Alhasil cara yang tidak jujur pun mereka jalani, salah satunya dengan cara mencontek. Tidak sedikit pula mereka yang mau mengeluarkan uang berjuta-juta rupiah demi bisa membeli kunci soal ujian nasional.
Bahkan siswa tingkat Sekolah dasar sekalipun sudah berani mencontek temannya pada saat ujian. Mereka melakukan tindakan tidak jujur ini juga dikarenakan keinginan untuk bisa lulus UN.
Hal ini menimbulkan keprihatinan pada sebagian kalangan. Mereka menilai penyelenggaraan Ujian Nasional tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk dapat meluluskan para siswanya. Justru dengan adanya UN seperti ini malah menjadikan penghalang bagi mereka.
Ini yang harus menjadi PR bagi pemerintah, khususnya departemen pendidikan. Pelaksanaan Ujian Nasional masih harus dikaji lebih dalam lagi kelayakannya.
Kita jangan semata-mata terpaku untuk bisa mengimbangi negara tetangga kita seperti singapura dan malaysia yang tingkat kelulusan mereka sudah mencapai nilai 7.00.
Yang terpenting adalah bagaimana membuat para pelajar kita ini mampu berdaya saing yang tinggi dan pemerintah kita dapat meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini yang lebih baik, bukannya malah mematikan dengan cara pelaksanaan UN seperti itu yang dinilai membebani para siswa.
Mungkin cara yang terbaik adalah dengan menghapus ujian nasional yang sudah ada ini dan mengganti dengan cara yang lebih bersahabat lagi, misalnya melakukan tolak ukur kelulusan dengan model rapor sehingga tidak memberatkan para siswa. Karena sebagian siswa beranggapan sudah menempuh pendidikan selama 3 tahun atau bahkan 6 tahun bagi tingkat SD tapi selama itu hanya ditentukan dengan 3 hari atau 4 hari mengikuti Ujian Nasional itu bagi mereka dirasa tidak sesuai dan tidak adil.

Rabu, 19 Mei 2010

Pemanfaatan Lahan Kritis di Parang Kusumo


soft news

20/02/10, Bantul, Lahan pasir pantai yang panas dan kering umumnya susah untuk digunakan untuk media bercocok tanam. Namun itu tidak menjadi kendala bagi warga Parang Kusumo yang memanfaatkan lahan tersebut untuk berladang.

Berbagai tanaman pangan yang biasanya ditanam di sawah dapat tumbuh di lahan pasir tersebut, misalnya padi, kacang-kacangan, ketela, bawang merah dan sebagainya.

Menanam di lahan pasir memang banyak kendalanya yaitu panasnya suhu udara dan ketersediaan air untuk irigasi, tetapi itu disiasati dengan membuat sumur bur dan melakukan penyiraman satu kali sehari dengan menggunakan mesin diesel pribadi.

“Di daerah tersebut kurang lebih ada 5 hektar lahan pasir yang di gunakan untuk media bertanam”, ungkap salah seorang petani warga Parang Kusumo.

Dalam 5 hektar lahan tersebut tidak dimiliki seorang petani saja, namun oleh beberapa orang petani yang mendirikan kelompok tani bernama “Pasir Subur”. Pasir
Subur baru didirikan sekitar setahun yang lalu. Kelompok tani “Pasir Subur” selalu berkumpul setiap malam Minggu kliwon.

Menurut Pak Indri yang merupakan sekretaris dari kelompok tani Pasir Subur, “para petani sebelumnya juga pernah mendapatkan penyuluhan dari Dinas Pertanian Prov. DIY, namun kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Bantul”.

Menanam di media pasir pantai memang menjajikan, terbukti dari beberapa hasil panen petani yang memuaskan. Seharusnya pemerintah daerah juga memperhatikan hal-hal seperti ini agar lebih berkembang dan memajukan sektor pertanian di daerah Bantul.
oleh : nugroho h.s / 153080306

Selasa, 11 Mei 2010

KARTINI MASA KINI

oleh: satya ari p / 153080308

Demi menghidupi kedua orang tuanya yang berada di Malang tata rela banting tulang bekerja pagi dan malam

Kartini massa kini yang rela menghabiskan waktu untuk mencari uang demi menghidupi kedua orang tuanya yang tinggal di malang,ini adalah potret kartini massa kini yang ada di indonesia salah satunya tatak andini atau biasa di panggil tata(28) keinginannya untuk bisa menghidupi kedua orang tuanya sangat besar dan patut di contoh.
Sejak lulus dari SMA saya ingni meneruskan ke perguruan tinggi di kota yogyakarta namun kandas karena faktor ekonomi orang tua saya yang serba kekurangan untuk makan sehari-hari pun terkadang orang tua saya meminjam uang ke tetangga maklum saja bapak saya hanya bekerja sebagai tukang dan ibu saya buruh pemetik apel di malang.
Di bulan juli tahun 2000 saya merantau ke kota jogja tapi bukan untuk kuliah melainkan untuk bekerja di jogja tampa ada yang menemain saya pada saat itu dan saya pun tidak ada saudara di jogja dengan modal tabungan saya yang pas-pasan untuk mencari kos dan mencari kerja di jogja 1 minggu kemudian doa ku untuk mencari kerja di jogja terkabul saya di terima kerja sebagai seles di sebuah toko ,pekerjaan itu hanya bertahaan 3 tahun saja dan saya pindah kerja menjadi kasir di sebuah toko selama 4 tahun,saya mendapatkan tawaran pekerjaan yang sangat muliya sebagai guru di TK PELANGI.
Perjalanan saya di TK PELANGI masih hingga sekarang sudah 3 tahun lebih saya bekerja menjadi guru di 1 tahun saya bekerja menjadi guru ke butuhan hidup pun serba mahal dan saya bekerja serabutan menjadi pedagang kopi di monumen satu maret,pagi hari jam 07.30 saya menjadi guru di sore hari jam 17.30 saya menjadi pedagang kopi sampai jam 22.00
Dengan modal 200 ribu saya mengawali menjadi pedagang kopi dengan penuh harapan untuk massa depan dan kehidupan kedua orang tua saya perharinya menjadi pedagang saya mendapatkan 30ribu,hitung-hitung lumayan buat masa depan saya dan kedua orang tua,walau pun saya bekerja pagi hari dan malam hari saya tak pernah mengeluh sedikit pun karena keinginan saya yang besar untuk tetap hidup dan menghidupi kedua orang tua saya,untuk semua perempuan di indonesia saya hanya memberi motifasi untuk tetap semangat untuk hidup dan berguna untuk bangsa dan negara indonesia selamat hari ibu kita kartini

Selasa, 20 April 2010

REJEKI DARI ASAP ROKOK

Oleh : nugroho h.s 153080306
Rokok memang banyak banyak merugikan kesehatan, namun tidak untuk Pak Suroto (38 th) yang mengais rejeki dari berjualan rokok di kawasan Malioboro dan nol kilometer. Beliau sudah sekitar empat tahun berjualan rokok di kawasan Malioboro.
Pak Suroto berasal dari Karanganyar, Solo dan sudah berkeluarga serta mempunyai dua orang anak yang berumur 13 (SMP) dan 7 tahun (SD). Beliau di Jogja tinggal di kost di kawasan Sayidan bersama adiknya yang sama-sama bejualan rokok keliling. Dari hasil berjualan rokok, beliau mampu menyekolahkan kedua anaknya serta memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata setiap hari Pak Suroto memperoleh Rp. 30.000,- dan Rp. 60.000,- setiap malam minggu dan hari-hari tertentu.
Beliau pertama kali berjualan rokok di Jogja diajak oleh tetangganya di Solo yang sama-sama bejulan rokok. Menurut Pak Suroto,”saya lebih memilih berjualan di Jogja daripada di Solo karena di Jogja lebih rame”.
Pak Suroto setiap hari mulai berjualan pukul 09.00 s.d pukul 16.00 wib, kemudian bejualan lagi sehabis maghrib hingga dini hari bahkan pagi hari tergantung situasinya.
Setiap dua minggu sekali, beliau pulang ke Solo dan kembali lagi ke Jogja setelah lima hari.
“Semenjak berjualan di sini tidak pernah ada pungutan apapun,”ungkap Pak Suroto. Oleh sebab itu Pak Suroto merasa aman dan nyaman berjualan di Jogja.
Menurut Pak Suroto,”ia lebih memilih berjualan rokok daripada kerja di bangunan karena besar/kecilnya penghasilan dari rokok tergantung usaha yang dilakukan.
Selain berjualan rokok sebagai pekerjaan tetap, Pak Suroto juga bertani di kampong halamannya. Istri beliau juga bekerja di kerajinan untuk tambah-tambah penghasilan.
Untuk sementara, beliau masih akan bejualan rokok karena sudah merasa cocok,”ungkap Pak Suroto.

Ahmadi, Toilet Umum Demi Keluarga




Oleh : IKHWAH HADI / 153080149
FEATURE



Kawasan titik nol kota jogja yang berada di antara Monumen Serangan Umum 1 maret, Istana Negara dan Gegung BI menjadi daya tarik bagi sebagian wisatawan lokal maupun mancanegara, bahkan penduduk asli jogja sendiri. Dan keberadaan WC umum pun selalu tidak bisa lepas dari tempat wisata.


Kawasan 0 Km kota jogja selalu ramai dikunjungi para pengunjung terutama setiap malam hari. Banyak sekali interaksi sosial yang terjadi di situ. Tidak hanya itu, dari yang hanya sekedar nongkrong, foto-foto bahkan tidak sedikit suatu acara sering diselenggarakan di area sentral jogja itu. Di situlah keberadaan suatu toilet dirasa sangat penting untuk melengkapi suasana ramai di tempat wisata. Meskipun terpikir sepele, tapi tidak sedikit pula kebanyakan orang sering mencari tempat ini(toilet). Dan suatu toilet umum juga selalu tidak terlepas dari keberadaan seorang penjaganya.
Ahmadi(38) seorang penjaga toilet umum yang berada di area Beteng Vredeburg ini mengaku sudah 4 bulan bekerja sebagai penjaga toilet umum disitu. Toilet yang berada diluar Museum 1 Maret ini dulunya digunakan sebagai pos satpam. Tapi pihak beteng merubahnya menjadi toilet umum sejak 5 bulan terakhir.
Hal inilah yang dimanfaatkan pak Ahmadi untuk mendapatkan penghasilan untuk keluarganya. Dimanapun ada pekerjaan yang menurutnya layak dan dia mampu akan selalu di ambilnya, meskipun sebagai penjaga Toilet Umum seperti sekarang ini. Dan pekerjaan ini merupakan penghasilan utamanya saat ini.
Dulu sebelumnya dia berprofesi sebagai pedagang barang bekas di pasar Beringharjo. Setelah gempa bumi yang melanda kota jogja, tempat dia jualan sekaligus barang dagangannya rusak semua. Setelah itulah dia tidak lagi memiliki penghasilan yang tetap.
Di tempat dia sekarang bekerja, penghasilannya bisa dibilang masih jauh dari cukup untuk menafkahi 1 istri dan 3 orang anaknya. Dia hanya mendapatkan upah persenan dari hasil dia jaga setiap hari. Di hari biasa biasanya hanya terkumpul 13 ribu per hari. Tapi jika musim liburan toilet itu bisa menghasilkan 50 ribu tiap harinya. Itupun hanya mendapatkan 40% dari penghasilan toilet setiap harinya. Sisanya harus disetor ke pengelola toilet itu.
“hari biasa paling Cuma 13 Ribu. Kadang kalau pas lagi liburan atau ada event ya bisa sampai 50 Ribu.”
Pak ahmadi yang tinggal di daerah Ngabean ini setiap harinya berangkat untuk membuka toilet itu dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Tapi jika musim liburan, dia bisa jaga hingga malam hari antara jam 10 sampai jam 11.
Bapak yang religius ini memilki kegiatan lain selain sebagai penjaga sebuah toilet. Di daerah rumahnya, profesi lainnya adalah seorang Guru ngaji privat. Saat ini sudah ada kurang lebih 5 keluarga yang sudah dia bimbing untuk belajar mengaji. Dan dia mengaku ikhlas bisa mengajarkan ilmu agama yang dia miliki kepada setiap orang yang ingin belajar.
“sebagai guru ngaji ini saya sama sekali tidak mau meminta imbalan sepeserpun. Ini termasuk sangu saya untuk di akhirat nanti.” Ujarnya.
Sementara itu meski alasan mengambil pekerjaan sebagai penjaga toilet ini karena tidak ada pilihan yang lain, tapi bapak dari 3 orang anak ini masih tetap memiliki harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan penghasilan yang tetap juga demi dapat menafkahi keluarganya. “Ya saya masih tetap ingin mencari pekerjaan yang layak untuk mendapatkan penghasilan yang tetap. agar bisa mencukupi kebutuhan istri dan anak-anak saya.”
Pak Ahmadi kini tengah berencana untuk sekedar merubah nasibnya dengan mencoba ikut program Transmigrasi ke Kalimantan guna mengadu nasib mencari pekerjaan disana. “Saya sekarang baru nyoba ikut program transmigrasi ke Kalimantan untuk cari-cari pekerjaan disana” ujarnya.

Selasa, 13 April 2010

Beringharjo,Mangga Dua'nya Jogja



Oleh : Ikhwan Hadi/153080149
SOFT NEWS

Pasar beringharjo yang terletak di kawasan malioboro itu menjadi salah satu magnet bagi para wisatawan yang berkunjung ke Jogja. Hampir setiap hari keramaian pedagang maupun pengunjung senantiasa menghiasi suasana pasar ini.
Beringharjo jogja bagi para wisatawan baik itu domestic maupun wisatawan mancanegara telah menjadi tempat tujuan utama untuk sekedar berbelanja atau mencari oleh-oleh khas jogja. Dari pakaian,batik hingga tas-tas bermotif batik pun terdapat disana. Para pengunjung juga diberi kesempatan untuk dapat melakukan tawar menawar dengan para pedagang.
Bu Yani, salah seorang pengunjung di pasar beringharjo mengatakan, “saya kalau setiap berkunjung ke Jogja selalu menyempatkan untuk berkunjung ke Beringharjo.” Dia juga menambahkan, “Disini saya bisa mendapatkan bermacam-macam barang dan kualitas barangnya juga tidak kalah bagus dengan yang di toko-toko.”
Kota jogja merupakan kota yang selain terkenal akan Gudeg’nya, juga terkenal akan batiknya. Untuk yang gemar berbelanja atau sekedar ingin mencari oleh-oleh khas khas jogja, Pasar beringharjo merupakan solusi yang tepat untuk berbelanja oleh-oleh khas Jogja.