Selasa, 20 April 2010

Ahmadi, Toilet Umum Demi Keluarga




Oleh : IKHWAH HADI / 153080149
FEATURE



Kawasan titik nol kota jogja yang berada di antara Monumen Serangan Umum 1 maret, Istana Negara dan Gegung BI menjadi daya tarik bagi sebagian wisatawan lokal maupun mancanegara, bahkan penduduk asli jogja sendiri. Dan keberadaan WC umum pun selalu tidak bisa lepas dari tempat wisata.


Kawasan 0 Km kota jogja selalu ramai dikunjungi para pengunjung terutama setiap malam hari. Banyak sekali interaksi sosial yang terjadi di situ. Tidak hanya itu, dari yang hanya sekedar nongkrong, foto-foto bahkan tidak sedikit suatu acara sering diselenggarakan di area sentral jogja itu. Di situlah keberadaan suatu toilet dirasa sangat penting untuk melengkapi suasana ramai di tempat wisata. Meskipun terpikir sepele, tapi tidak sedikit pula kebanyakan orang sering mencari tempat ini(toilet). Dan suatu toilet umum juga selalu tidak terlepas dari keberadaan seorang penjaganya.
Ahmadi(38) seorang penjaga toilet umum yang berada di area Beteng Vredeburg ini mengaku sudah 4 bulan bekerja sebagai penjaga toilet umum disitu. Toilet yang berada diluar Museum 1 Maret ini dulunya digunakan sebagai pos satpam. Tapi pihak beteng merubahnya menjadi toilet umum sejak 5 bulan terakhir.
Hal inilah yang dimanfaatkan pak Ahmadi untuk mendapatkan penghasilan untuk keluarganya. Dimanapun ada pekerjaan yang menurutnya layak dan dia mampu akan selalu di ambilnya, meskipun sebagai penjaga Toilet Umum seperti sekarang ini. Dan pekerjaan ini merupakan penghasilan utamanya saat ini.
Dulu sebelumnya dia berprofesi sebagai pedagang barang bekas di pasar Beringharjo. Setelah gempa bumi yang melanda kota jogja, tempat dia jualan sekaligus barang dagangannya rusak semua. Setelah itulah dia tidak lagi memiliki penghasilan yang tetap.
Di tempat dia sekarang bekerja, penghasilannya bisa dibilang masih jauh dari cukup untuk menafkahi 1 istri dan 3 orang anaknya. Dia hanya mendapatkan upah persenan dari hasil dia jaga setiap hari. Di hari biasa biasanya hanya terkumpul 13 ribu per hari. Tapi jika musim liburan toilet itu bisa menghasilkan 50 ribu tiap harinya. Itupun hanya mendapatkan 40% dari penghasilan toilet setiap harinya. Sisanya harus disetor ke pengelola toilet itu.
“hari biasa paling Cuma 13 Ribu. Kadang kalau pas lagi liburan atau ada event ya bisa sampai 50 Ribu.”
Pak ahmadi yang tinggal di daerah Ngabean ini setiap harinya berangkat untuk membuka toilet itu dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Tapi jika musim liburan, dia bisa jaga hingga malam hari antara jam 10 sampai jam 11.
Bapak yang religius ini memilki kegiatan lain selain sebagai penjaga sebuah toilet. Di daerah rumahnya, profesi lainnya adalah seorang Guru ngaji privat. Saat ini sudah ada kurang lebih 5 keluarga yang sudah dia bimbing untuk belajar mengaji. Dan dia mengaku ikhlas bisa mengajarkan ilmu agama yang dia miliki kepada setiap orang yang ingin belajar.
“sebagai guru ngaji ini saya sama sekali tidak mau meminta imbalan sepeserpun. Ini termasuk sangu saya untuk di akhirat nanti.” Ujarnya.
Sementara itu meski alasan mengambil pekerjaan sebagai penjaga toilet ini karena tidak ada pilihan yang lain, tapi bapak dari 3 orang anak ini masih tetap memiliki harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan penghasilan yang tetap juga demi dapat menafkahi keluarganya. “Ya saya masih tetap ingin mencari pekerjaan yang layak untuk mendapatkan penghasilan yang tetap. agar bisa mencukupi kebutuhan istri dan anak-anak saya.”
Pak Ahmadi kini tengah berencana untuk sekedar merubah nasibnya dengan mencoba ikut program Transmigrasi ke Kalimantan guna mengadu nasib mencari pekerjaan disana. “Saya sekarang baru nyoba ikut program transmigrasi ke Kalimantan untuk cari-cari pekerjaan disana” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar